NOTULENSI PENGAJIAN GURU MA & MTs

Kitab Nashoihul ‘Ibad oleh KH Afif Muhammad, MA

Hari/Tanggal      : Rabu, 16 Oktober 2024

Waktu                   : 13.00 – Selesai

Tempat                 : Ruang Partisi MA Ali Maksum

Materi                   : Maqalah ke-9

Notulen                : Moh. Saifuddin Ihya’

Guru Hadir         45

Maqalah ke-9

Buzurjumhir* berkata: Terdapat enam hal yang menyamai kehebatan (kekayaan) dunia dan seisinya, yaitu:

(1) makanan yang enak, yaitu makanan yang oleh si pemakan dirasakannya “enak”. Lafadz “al-Mari’” berarti masuk dengan mudah melalui kerongkongan dengan lancar. Seseorang akan merasakan suatu makanan itu enak apabila dia makan saat lapar, atau seorang pecinta kuliner yang makan secara langsung di warung yang lokasinya jauh dan dia menyaksikan jerih payah petani menanam padi hingg memanen padi, melihat proses pemasakan daging kambing yang baru dipotong kemudian dimasak, dia melihat betapa usaha yang dilakukan mereka begitu penuh perjuangan sehingga ketika memakan hidangan yang disiapkan tersebut menimbulkan rasa syukur dan penuh kenikmatan padanya.

(2) anak sholeh yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya.

Dalam suatu majlis Kiai Musthofa Bisri ,memaknai sholeh itu dengan ungkapan “ yang pantes”, anak sholeh berarti anak yang berbuat sepantasnya terhadap orang tua yakni berbuat baik kepada keduanya. Terkait makna lafadz sholeh jika dikaitkan dengan al-‘abd maka merujuk pada makna al-‘abd al-Muthi’, Kalau dikaitkan dengan al-walad al-sholeh maka merujuk pada makna anak yang berbakti kepada kedua ornang tua. Artinya apabila seseorang memiliki anak yang bisa bersikap birrul walidain, maka dia bisa mendapatkan hal yang sepadan dengan kekayaan dunia.

(3) Istri yang sholeh dan cocok (yakni istri yang ta’at kepada Allah dan suaminya), dalam dunia pernikahan yang namanya suami istri itu harus siap legowo (saling menerima), Mbah Kyai Ali Maksum pernah menyampaikan

bahwa pernikahan itu seperti orang berlotre, kita tidak akan tahu sebelumnya ataupun sesudahnya, sehingga hasil apapun ya harus kita terima, pasti ada kekurangan dan kelebihan.

(4) Ucapan yang “ Muhkim yang tidak berubah. Yakni Ucapan benar Presisi, tepat situasi dan kondisinya dan konsisten. contoh ucapan halus dan sopan tapi tidak tepat semisal, ada sarung seseorang terbakar, kita tidak langsung memberi tahunya dengan tegas tetapi menyampaikannya dengan nada yang rendah (pelan-pelan) dan lemah lembut “ngapunten itu sarung panjenengan terbakar”. Perkataan tersebut tidak dikatakan mutqin karena berbisacara tidak sesuai situasi dan kondisi.

Ucapan yang konsisten itu tidak seperti unen-unen, “isuk dele sore tempe”. ketika seseorang perkataannya konsisten menunjukkan orang tersebut punya sikap yang jelas dan penuh kehati-hatian dan tanggung jawab dan ketika memutuskan apapun diputuskan secara mantap dan tidak goyah.

*Lafadz Buzurjumhir bisa dibaca beberapa versi, beliau adalah orang persia, beliau adalah menteri yang dikenal cerdik pandai, yang memiliki daya fikir yang menonjol, dan menjadi barnd tokoh kecerdikan pada masanay. Konon beliau yang menemukan permainan dadu pusing, beliau juga pernah memenangkan permainan catur ketika melawan juara catur di negaranya. Kenapa beliau dimasukkan dalam kitab nashoikhul ibad, karena “hikmah adalah barang hilangnya orang mukmin, dimanapun hikmah itu ditemukan maka ambillah”.

Lafadz Khishol terkadang dimaknai “perkara” bukan “hal” terkait hal ini terdapat anekdot. Suatu ketika seorang pengusaha cina bertanya kepada seorang guru/kiai, bagaimana kalau dia (orang cina tersebut) masuk Islam, Kyai menjawab kalau masuk islam ada 3 perkara yang harus diselesaikan, orang cina tersebut menjawab waduh satu perkara saja sudah habis banyak uang apalagi kalau 3 perkara. Dia (orang cina) mengira yang dimaksud perkara adalah kasus. Hehehehe

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *